Kamis, 16 Mei 2013

Habib Syech


Tubuhnya terbilang gemuk, wajahnya bulat, mata dan hidungnya khas tanah Arab, kopyah putih bulat dan sorban tak lepas dari kepalanya. Namun tatapan mata dan gaya bicaranya medok Jawa bagian Solo: santun dan bersahabat. Itulah Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf. Dialah Shohibu Majelis Ta’lim Dzikir dan Shalawat Ahbaabul Musthofa, di Solo. 

Pengajianya selalu penuh, malam tadi 16 Mei 2013 di MAN 1 Semarang. Ribuan jamaah hadir dalam pengajian akbar tersebut. Beliau menyampaikan taujih bahwa sekolah-sekolah madrasah perlu dikembangkan. Sekolah madrashlah yang akan membangun negeri Indonesia ini. Yang mengutamakan agama dibanding ilmu lain. Beda dengan sekolah formal yang hanya sedikit persen pelajaran tentang agama. 

Akan tetapi sekarang sekolah seperti madrasah atau pondok tidak sedikit yang gurunya tidak benar. Seperti muncul JIL(Jaringan Islam Liberal) kemudian guru yang mudah mengatakan ziarah syirik, sholawat Bi’ah. Guru-guru seperti itu harus disingkirkan karena yang akan merusak akidah Islam. 

Beliau menyampaikan pesan untuk menghargai ilmu dan guru. Pengalaman beliau yang tidak suka dan penat saat pelajaran bahasa inggris dan menganggap gak penting. Suatu saat saat keluar negeri tidak bisa bahasa inggris beliau sadar bahwa semua ilmu itu penting dipelajari. 

Serta pesanya untuk selalu menghormati guru. Guru yang telah menghabiskan waktu demi untuk mengajar murid. Dan murid menjadi berilmu karena guru. Itulah sedikit yang dapat saya share dari pengajian Habib Syech Assegaf. Dengan keterbatasan expert dalam menulis semoga tidak mengurangi esensi yang disampaikan. Semoga bermanfaat @sut_arno